Skip to main content

Zero-Sum Game dalam Kebiasaan Belanja: Bagaimana Berhenti Merugi dan Mulai Lebih Bijak



Pernahkah Anda merasa seperti terjebak dalam lingkaran belanja yang tidak produktif? Anda terus membeli barang-barang yang tidak menghasilkan uang, malah justru menguras tabungan. Jika iya, Anda mungkin terjebak dalam zero-sum game—situasi di apa yang Anda keluarkan tidak memberikan keuntungan, bahkan membuat Anda terus merugi.

Dalam ekonomi, zero-sum game adalah kondisi di mana keuntungan satu pihak berarti kerugian bagi pihak lain. Namun, dalam konteks kebiasaan belanja, Anda bisa menjadi pihak yang selalu dirugikan jika tidak mengubah pola konsumsi.

Artikel ini akan membahas:
✔ Apa itu zero-sum game dalam kebiasaan belanja?
✔ Mengapa kita terus membeli barang yang tidak menghasilkan uang?
✔ Strategi untuk keluar dari kebiasaan ini dan menjadi lebih menguntungkan.


1. Memahami Zero-Sum Game dalam Kebiasaan Belanja

Apa Itu Zero-Sum Game?

Dalam teori permainan (game theory), zero-sum game adalah situasi di mana keuntungan satu pihak diimbangi oleh kerugian pihak lain. Contoh sederhana: judi. Jika Anda menang, lawan Anda kalah, dan sebaliknya.

Zero-Sum Game dalam Keuangan Pribadi

Ketika Anda terus-membeli barang yang:

  • Tidak menghasilkan pendapatan (misal: gadget baru, baju, aksesoris)

  • Tidak meningkatkan nilai aset (misal: barang yang cepat rusak atau turun harga)

  • Hanya memberi kepuasan sesaat (belanja impulsif)

Maka, Anda berada dalam posisi yang selalu merugi, sementara penjual atau perusahaan terus mendapat keuntungan.


2. Mengapa Kita Terus Melakukan Ini?

Beberapa alasan psikologis dan kebiasaan yang membuat kita terjebak:

a. Instant Gratification (Kepuasan Instan)

Otak kita menyukai hadiah cepat. Belanja memberikan dopamin, membuat kita merasa senang sesaat, meski efeknya tidak bertahan lama.

b. Gaya Hidup Konsumtif & Pengaruh Sosial

Media sosial dan iklan mendorong kita untuk terus membeli dengan narasi:

  • "Kamu perlu ini untuk bahagia!"

  • "Diskon hari ini saja, jangan sampai kehabisan!"

c. Tidak Ada Perencanaan Keuangan yang Jelas

Tanpa budget yang ketat, kita mudah tergoda untuk belanja hal-hal yang tidak penting.


3. Cara Keluar dari Zero-Sum Game dan Mulai "Menang"

Strategi #1: Bedakan Kebutuhan vs. Keinginan

  • Kebutuhan: Barang yang benar-benar diperlukan (makanan, tagihan, investasi).

  • Keinginan: Barang yang diinginkan tapi tidak penting (gadget terbaru, baju tambahan).

Tips:
✅ Tunda pembelian impulsif selama 30 hari. Jika setelah itu masih merasa perlu, baru beli.
✅ Gunakan metode "Apakah ini membantu tujuan finansial saya?" sebelum membeli.

Strategi #2: Alihkan Pengeluaran ke Aset Produktif

Daripada membeli barang yang nilainya turun (seperti gadget atau fashion), alokasikan dana untuk:

  • Investasi (saham, reksadana, emas)

  • Skill development (kursus, buku, pelatihan)

  • Bisnis sampingan (reselling, content creation)

Contoh:
❌ Habiskan Rp 5 juta untuk smartphone baru → Nilainya turun 30% dalam setahun.
✔ Investasikan Rp 5 juta di reksadana → Bisa tumbuh 10-15% per tahun.

Strategi #3: Gunakan Aturan 10% untuk "Fun Money"

Tetapkan 10% dari penghasilan sebagai uang untuk kesenangan (hobi, hiburan). Jika melebihi itu, tahan diri.

Strategi #4: Lacak Pengeluaran & Evaluasi

  • Gunakan aplikasi keuangan (Seperti Money Lover, Spendee).

  • Tinjau setiap bulan: "Apa 3 pembelian paling tidak berguna bulan ini?"

Strategi #5: Cari Sumber Kepuasan Non-Material

Kebahagiaan tidak harus dari belanja. Coba aktivitas lain:

  • Olahraga

  • Membaca

  • Berkumpul dengan teman

  • Volunteering


4. Jika Sudah Terlanjur Boros, Bagaimana Memperbaikinya?

a. Jual Barang yang Tidak Terpakai

Platform seperti Marketplace, Carousell, atau OLX bisa jadi tempat menjual barang bekas.

b. Mulai Budgeting Ketat

  • 50/30/20 Rule:

    • 50% untuk kebutuhan

    • 30% untuk keinginan

    • 20% untuk tabungan/investasi

c. Cari Sumber Penghasilan Tambahan

  • Freelancing

  • Jualan online

  • Monetisasi hobi


Kebiasaan belanja impulsif membuat Anda terus berada di pihak yang dirugikan dalam zero-sum game finansial. Namun, dengan disiplin dan perubahan mindset, Anda bisa beralih ke pola konsumsi yang lebih menguntungkan.

Mulai hari ini:

  1. Hitung berapa uang yang sudah "terbuang" pada barang tidak produktif.

  2. Tetapkan aturan belanja baru (seperti 30-day rule).

  3. Alokasikan lebih banyak dana untuk aset yang berkembang.

Dengan begitu, Anda bukan lagi pihak yang selalu merugi, tetapi pemenang dalam permainan keuangan Anda sendiri!

Pertanyaan Refleksi:

  • Apa pembelian paling tidak berguna yang pernah Anda lakukan?

  • Bagaimana cara Anda mengendalikan keinginan belanja?

Beri tahu di komentar! 🚀

Comments

Popular posts from this blog

Pagi yang Sibuk dan Cerita Menjadi HRD Sehari untuk WriteYuk Batch 6

Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang agak campur aduk. Matahari belum naik sepenuhnya, tapi notifikasi di HP-ku sudah mulai berdenting satu per satu. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini, aku punya peran baru yang cukup menantang—menjadi HRD untuk seleksi anggota baru divisi Graphic Design WriteYuk Batch 6. Setelah beres dengan rutinitas pagi seperti biasa—minum air putih, merapikan tempat tidur, dan menatap langit sebentar dari jendela—aku mulai mempersiapkan diri. Bukan cuma penampilan yang harus rapi, tapi juga mental yang harus siap. Ini pertama kalinya aku duduk di “kursi lain” dalam proses seleksi. Bukan sebagai peserta, tapi sebagai penyeleksi. Menjadi HRD sehari ternyata bukan sekadar membaca portofolio dan menilai desain. Ada sisi lain yang terasa lebih dalam: aku melihat semangat dari calon anggota baru yang begitu besar untuk bisa bergabung di WriteYuk . Dari cara mereka menjawab pertanyaan, sampai bagaimana mereka bercerita soal karya-karya mereka—semuanya punya keuni...

Journey ku selama kuliah D-IV Survei Pemetaan dan Informasi Geografis

Sumber :  (penulis) Liburan telah usai menandakan waktu kuliah normal kembali. Sebelum masuk kuliah setelah liburan panjang pada saat Lebaran kini saatnya aku masuk kembali menjalani rutinitas sebagai mahasiswa semester empat di spig. Semester empat ku penuh dengan lika-liku yang awalnya aku mendapat berita baik untuk bisa ikut lomba di Bali kini aku tidak bisa berangkat ke Bali untuk presentasi lomba. Aku juga masih rajin memantau informasi lomba dan ada beberapa project lomba sedang ku kerjakan. Saat ini aku baru dan sedang merasakan gundah gulana menjalani hidup, saat aku bertemu dengan teman yang rasanya bisa dijadikan tempat meluapkan cerita kehidupan aku kelepasan menceritakan semua yang sedang kurasakan, namun setelah ku ceriakan aku menemukan jawaban dari cerita yang ku ceritakan dan sebagian keresahan ku. Di sini aku akan menjawab dan membagikan perubahan yang sedang ku rasakan, yaitu sebagai berikut ini :  1. Pergi ke tempat yang bisa membuatmu senang seperti perpust...

Alasan Kenapa Aku Memulai Blog: Cerita Jujur dari Seorang Penulis Pemula

Beberapa tahun yang lalu, aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan menulis blog secara konsisten. Bahkan, aku sempat berpikir, "Siapa juga yang mau baca tulisan aku?" Tapi sekarang, meski belum banyak yang membaca atau memberi komentar, blog ini telah menjadi rumah kecil untuk pikiranku—tempat aku bisa jujur, belajar, dan tumbuh. Tulisan ini adalah refleksi. Tentang bagaimana dan kenapa aku memulai blog ini. Tentang apa yang membuat aku bertahan. Dan tentang harapan-harapan kecil yang aku tanam lewat setiap postingan. Awal Mula: Dari Kegelisahan dan Pencarian Diri Semua bermula dari rasa gelisah. Waktu itu aku sedang merasa tersesat—bingung dengan arah hidup, sering membandingkan diri dengan orang lain, dan terlalu sibuk menyenangkan ekspektasi orang lain. Aku suka menulis sejak dulu, tapi belum pernah benar-benar menyalurkannya secara serius. Sampai suatu hari, aku membaca tulisan blog seseorang yang begitu sederhana namun menyentuh. Ia bercerita tentang hidupnya, k...