Pernah nggak sih kamu ngerasa semangat banget waktu awal pengen mulai nulis, tapi seminggu kemudian malah lupa kalau punya blog? Atau pernah buka laptop, niatnya nulis, tapi malah scroll TikTok dua jam? Yup, aku juga. Dan itu normal banget.
Sebagai orang yang suka nulis tapi sering banget overthinking duluan sebelum mulai, aku sadar satu hal: kunci dari konsistensi itu bukan tentang selalu termotivasi, tapi tentang tetap jalan walaupun nggak sempurna.
1. Kenapa Susah Konsisten Nulis?
Konsistensi dalam nulis itu nggak sesimpel kelihatannya. Banyak banget hambatan kecil yang kalau ditumpuk, bisa jadi alasan buat berhenti. Contohnya:
-
“Tulisan aku jelek banget, malu ah publish.”
-
“Kayaknya belum layak dibaca orang.”
-
“Belum ada yang baca juga, buat apa nulis?”
Padahal, semua penulis—bahkan yang sekarang udah terkenal—pernah ngerasa kayak gitu. Kita cuma ngelihat hasil akhirnya aja, tapi lupa kalau mereka juga pernah mulai dari tulisan yang acak-acakan.
2. Nggak Harus Sempurna, Serius deh
Salah satu pelajaran paling penting yang aku dapet selama belajar nulis adalah: tulisan pertamamu emang wajar jelek. Dan itu nggak apa-apa!
Kalau kamu terus-terusan nunggu sampai tulisan kamu sempurna, kamu nggak akan pernah nulis. Karena rasa nggak puas itu pasti selalu ada. Yang penting adalah: tulisan itu ada dulu. Sempurnanya bisa belakangan.
Aku belajar untuk nggak ngedit dulu saat nulis. Tulis aja dulu semua yang mau kamu omongin. Baru nanti, setelah selesai, kamu bisa baca ulang, edit, atau perbaiki. Tapi jangan sampai proses nulis kamu berhenti gara-gara mikirin ejaan, tanda baca, atau “ini kalimatnya bagus nggak ya?”
3. Bikin Kebiasaan Kecil, Jangan Terlalu Ambisius
Dulu aku pernah coba target: “Aku mau nulis 1000 kata setiap hari!” dan tebak apa yang terjadi? Baru hari ketiga udah burnout.
Akhirnya aku mulai pelan-pelan. Targetku jadi: tulis 1 paragraf per hari. Cuma satu. Kalau lagi semangat, bisa nambah. Tapi kalau nggak, satu paragraf pun udah cukup buat tetap jalan.
Kebiasaan kecil ini ngasih ruang buat aku jadi lebih ringan, nggak tertekan, tapi tetap konsisten. Kadang nulis di notes HP, kadang di Google Docs, kadang juga langsung di dashboard blog.
4. Tulis Apa yang Kamu Rasakan, Bukan yang Kamu Anggap Orang Mau Baca
Banyak orang berhenti nulis karena mikir, “Apa yang aku tulis ini penting nggak sih?” atau “Siapa sih yang peduli?”
Padahal, kamu nulis bukan buat semua orang. Kamu nulis buat mereka yang relate. Dan kadang, tulisan paling sederhana justru yang paling kena di hati pembaca.
Contohnya? Tulisan tentang “ngerasa tertinggal dari teman-teman” atau “belajar menerima diri sendiri.” Itu tulisan yang sangat personal, tapi ternyata banyak orang yang ngerasa hal yang sama. Karena itu, nulis dari hati itu powerful.
5. Mulai dari Sekarang, Jangan Tunggu Siap
Nggak ada waktu yang benar-benar “siap”. Sama kayak naik sepeda, kamu nggak akan bisa lancar kalau cuma baca teori. Harus mulai gowes dulu, jatuh, luka, baru akhirnya bisa seimbang.
Blog kamu bisa sepi di awal, dan itu normal. Tapi makin sering kamu nulis, makin banyak juga jejak yang kamu tinggalkan. Lama-lama akan ada yang nemuin, baca, dan mungkin bahkan terinspirasi dari tulisanmu.
Yang penting sekarang: kamu jalan dulu. Satu paragraf, satu ide, satu langkah kecil. Lama-lama kamu akan sampai.
✨ Penutup: Jalan Pelan Juga Nggak Masalah
Kalau kamu ngerasa sekarang tulisanmu berantakan, nggak konsisten, atau belum sebagus penulis lain, itu wajar. Semua penulis hebat juga pernah di posisi yang sama.
Yang membedakan mereka adalah: mereka tetap nulis, meskipun nggak sempurna.
Jadi kalau kamu baca ini dan lagi ngerasa ragu buat mulai, ini saatnya ambil laptop, buka halaman kosong, dan tulis apa aja yang ada di pikiran kamu. Nggak usah mikir bagus atau enggak. Yang penting jalan dulu.
Karena nulis itu bukan soal siapa yang paling keren, tapi siapa yang nggak berhenti.
Comments
Post a Comment