Skip to main content

Cara Bangkit Saat Ngerasa Ketinggalan dari Teman-Teman


Pernah nggak sih ngerasa semua orang di sekitar kamu udah jauh banget? Ada yang udah kerja, ada yang menang lomba sana-sini, ada juga yang feed-nya penuh pencapaian—sementara kamu ngerasa stuck di titik yang sama. Ngerasa kayak ketinggalan kereta, padahal kamu juga udah berusaha semampunya.

Tenang, kamu nggak sendiri. Aku juga pernah (dan kadang masih) ngerasa gitu. Tapi selama proses jatuh-bangun itu, aku belajar beberapa hal yang bikin aku bisa bangkit lagi. Dan mungkin, ini juga bisa bantu kamu.

1. Ingat: Hidup Bukan Perlombaan

Kita sering kejebak mindset kompetisi. Padahal, hidup tuh bukan soal siapa yang duluan lulus, siapa yang cepat dapat kerja, atau siapa yang paling sering menang lomba. Semua orang punya timeline-nya masing-masing. Dan kamu nggak harus buru-buru cuma karena orang lain udah “sampai” duluan. Nggak apa-apa kalau kamu butuh waktu lebih lama. Yang penting kamu tetap jalan.

2. Bandingin Diri Sama Diri yang Dulu, Bukan Sama Orang Lain

Kalau kamu mau bandingin sesuatu, coba bandingin dirimu hari ini sama versi kamu 1 atau 2 tahun lalu. Apa yang udah kamu pelajari? Apa yang udah kamu lewati? Kadang progres kita nggak kelihatan karena kita terlalu fokus ke pencapaian orang lain, bukan ke perjalanan diri sendiri.

3. Detoks dari Sosial Media (Kalau Perlu)

Sosial media itu highlight reel. Kita nggak tahu perjuangan di balik satu postingan yang terlihat sempurna. Kalau kamu ngerasa makin cemas atau tertekan tiap buka Instagram, Twitter, atau LinkedIn, nggak apa-apa kok untuk istirahat sebentar. Fokus ke dunia nyata. Kadang itu yang justru lebih menenangkan.

4. Evaluasi Pelan-Pelan: Apa yang Bisa Diperbaiki?

Rasa “ketinggalan” kadang muncul karena ada yang belum beres dalam diri kita—entah itu rutinitas, manajemen waktu, atau arah hidup yang belum jelas. Daripada larut, coba duduk tenang dan tulis: hal kecil apa yang bisa kamu mulai hari ini? Mungkin bangun lebih pagi, belajar satu jam, atau daftar magang yang udah lama kamu simpan.

5. Cari Support System yang Beneran Dengerin

Nggak semua orang bisa ngerti perasaan kamu. Tapi pasti ada satu atau dua orang yang bisa jadi tempat cerita tanpa menghakimi. Entah itu sahabat, mentor, atau bahkan komunitas online. Kamu nggak harus kuat sendirian. Dikelilingi orang yang suportif bisa bantu banget buat bangkit lagi.

6. Rayain Progres Kecil

Lolos satu tahap seleksi? Tugas selesai tepat waktu? Berani daftar beasiswa meskipun ragu? Semua itu layak dirayakan. Hidup bukan cuma soal hasil akhir. Jalan menuju ke sana juga berharga. Belajar buat menghargai setiap langkah, sekecil apapun itu.

Ketinggalan itu cuma perasaan. Bukan fakta. Kamu masih punya waktu. Kamu masih bisa mulai. Kamu masih bisa bikin cerita kamu sendiri—meskipun jalannya beda dari orang lain. Karena pada akhirnya, yang paling penting bukan siapa yang duluan, tapi siapa yang tetap bertahan.

Jadi, kalau kamu lagi ngerasa tertinggal, pelan-pelan aja. Ambil napas. Lanjut lagi. Kamu nggak sendirian di perjalanan ini 💙

Comments

Popular posts from this blog

Pagi yang Sibuk dan Cerita Menjadi HRD Sehari untuk WriteYuk Batch 6

Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang agak campur aduk. Matahari belum naik sepenuhnya, tapi notifikasi di HP-ku sudah mulai berdenting satu per satu. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini, aku punya peran baru yang cukup menantang—menjadi HRD untuk seleksi anggota baru divisi Graphic Design WriteYuk Batch 6. Setelah beres dengan rutinitas pagi seperti biasa—minum air putih, merapikan tempat tidur, dan menatap langit sebentar dari jendela—aku mulai mempersiapkan diri. Bukan cuma penampilan yang harus rapi, tapi juga mental yang harus siap. Ini pertama kalinya aku duduk di “kursi lain” dalam proses seleksi. Bukan sebagai peserta, tapi sebagai penyeleksi. Menjadi HRD sehari ternyata bukan sekadar membaca portofolio dan menilai desain. Ada sisi lain yang terasa lebih dalam: aku melihat semangat dari calon anggota baru yang begitu besar untuk bisa bergabung di WriteYuk . Dari cara mereka menjawab pertanyaan, sampai bagaimana mereka bercerita soal karya-karya mereka—semuanya punya keuni...

Journey ku selama kuliah D-IV Survei Pemetaan dan Informasi Geografis

Sumber :  (penulis) Liburan telah usai menandakan waktu kuliah normal kembali. Sebelum masuk kuliah setelah liburan panjang pada saat Lebaran kini saatnya aku masuk kembali menjalani rutinitas sebagai mahasiswa semester empat di spig. Semester empat ku penuh dengan lika-liku yang awalnya aku mendapat berita baik untuk bisa ikut lomba di Bali kini aku tidak bisa berangkat ke Bali untuk presentasi lomba. Aku juga masih rajin memantau informasi lomba dan ada beberapa project lomba sedang ku kerjakan. Saat ini aku baru dan sedang merasakan gundah gulana menjalani hidup, saat aku bertemu dengan teman yang rasanya bisa dijadikan tempat meluapkan cerita kehidupan aku kelepasan menceritakan semua yang sedang kurasakan, namun setelah ku ceriakan aku menemukan jawaban dari cerita yang ku ceritakan dan sebagian keresahan ku. Di sini aku akan menjawab dan membagikan perubahan yang sedang ku rasakan, yaitu sebagai berikut ini :  1. Pergi ke tempat yang bisa membuatmu senang seperti perpust...

Alasan Kenapa Aku Memulai Blog: Cerita Jujur dari Seorang Penulis Pemula

Beberapa tahun yang lalu, aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan menulis blog secara konsisten. Bahkan, aku sempat berpikir, "Siapa juga yang mau baca tulisan aku?" Tapi sekarang, meski belum banyak yang membaca atau memberi komentar, blog ini telah menjadi rumah kecil untuk pikiranku—tempat aku bisa jujur, belajar, dan tumbuh. Tulisan ini adalah refleksi. Tentang bagaimana dan kenapa aku memulai blog ini. Tentang apa yang membuat aku bertahan. Dan tentang harapan-harapan kecil yang aku tanam lewat setiap postingan. Awal Mula: Dari Kegelisahan dan Pencarian Diri Semua bermula dari rasa gelisah. Waktu itu aku sedang merasa tersesat—bingung dengan arah hidup, sering membandingkan diri dengan orang lain, dan terlalu sibuk menyenangkan ekspektasi orang lain. Aku suka menulis sejak dulu, tapi belum pernah benar-benar menyalurkannya secara serius. Sampai suatu hari, aku membaca tulisan blog seseorang yang begitu sederhana namun menyentuh. Ia bercerita tentang hidupnya, k...